Kamis, 13 Mei 2010

materi agama islam kelas xi BAB 2 smst.2

PERINTAH AL-QUR’AN TENTANG PEDULI KAUM LEMAH
sumber : http://hbis.wordpress.com/

santunan.jpgApakah hikmah yang dapat kamu ambil dari fenomena makhluk Allah yang telah diciptakannya berpasang-pasangan? Salah satunya adalah bahwa makhluk tidak akan sanggup hidup sendiri. Mereka pasti membutuhkan orang lain untuk membantu atau melengkapi keberadaan dirinya. Demikian juga dengan adanya orang kaya dan orang miskin. Kita saling membutuhkan satu sama lain meskipunterkadang kita tidak menyadarinya. Kaya ataupun miskin adalah sebuah peluang untuk melaksanakan amal saleh sebanyak-banyaknya menuju ridha Allah SWT

Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan yang bersifat fisik dan non fisik. Kebutuhan itu tidak pernah dapat dihentikan selama hidup manusia. Untuk mencapai kebutuhan itu, satu sama lain saling bergantung. Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat hidup seorang diri. Manusia pasti memerlukan kawan atau orang lain. Oleh karena itu, manusia perlu saling hormat menghormati, tolong menolong dan saling membantu dan tidak boleh saling menghina, menzalimi, dan merugikan orang lain

Dalam upaya menanamkan kepekaan untuk saling tolong menolong, kita dapat mebiasakan diri dengan menginfakkan atau memberikan sebagian rezeki yang kita peroleh meskipun sedikit, seperti memberikan santunan kepada fakir miskin, orang tua dan jompo, mengangkat anak asuh, memberi bantuan kepada orang yang sedang menuntut ilmu, membangun sarana umum (jalan), serta mencari upaya mengentaskan kemiskinan yang ada di masyarakat

A. Al Qur’an surat Al-Isra’ ayat 26-27.

1. Bacaan lihat Al-Qur.an dan terjemahannya

Artinya : “(26) Dan Berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang ada dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghamburkan (hartamu) dengan boros. (27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudaranya setan dan sesungguhnya setan itu sangat ingkar kepada tuhannya.” (QS Al Isra : 26-27

2.. Isi Kandungan

Pada ayat 26, dijelaskan bahwa selain berbakti, berkhidmat dan menampakkan kasih sayang, cinta, dan rahmat kepada kedua orang tua, kita pun hendaknya memberi bantuan kepada keluarga yang dekat karena mereka yang paling utama dan berhak untuk ditolong. Mereka patut mendapat bantuan hidup di tengah keluarga terdekat yang mampu karena pertalian darah. Mereka pasti ada yang hidup lebih berkecukupan dan ada yang kekurangan sehingga kita sebagai keluarga harus saling membantu.

Allah memerintahkan manusia untuk berbakti dan berbuat baik tidak hanya kepada orang tua saja, namun masih harus berbakti kepada tiga golongan yang lain, yaitu:

1. kepada kaum kerabat
2. kepada orang miskin
3. kepada orang terlantar dalam perjalanan.

Pada ayat 27, Allah mengingatkan bahwa betapa buruknya sifat orang yang boros. Mereka dikatakan sebagai saudaranya setan. Orang yang boros bermakna orang yang membelanjakan hartanya dalam perkara yang tidak mengandung manfaat berarti. Ada sebuah hadis yang terkait dengan perbuatan mubazir (boros) ini, yakni yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar. Dia berkata bahwa rasulullah telah melintas di tempat Saad sedang mengambil wudu, kemudian rasulullah menegur Saad karena begitu boros. Lalu Saad menanyakan apakah di dlam wudu juga terdapat boros (mubazir)

B. Al Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 177.

1. Bacaan lihat Al-Qur’an dan terjemahannya.
2. Artinya:Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orangorang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqoroh:177)

2. Isi Kandungannya

a. Tentang Kiblat dan Keimanan

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Qatadah menerangkan tentang kaum Yahudi yang menganggap bahwa yang baik itu shalat menghadap ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur, sehingga turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 177).
(Diriwayatkan oleh Abdur-razzaq dari Ma’mar, yang bersumber dari Qatadah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil ‘Aliyah.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 177) sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada Rasulullah SAW tentang “al-Bir” (kebaikan). Setelah turun ayat tersebut di atas (S. 2. 177) Rasulullah SAW memanggil kembali orang itu, dan dibacakannya ayat tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu terjadi sebelum diwajibkan shalat fardhu. Pada waktu itu apabila seseorang telah mengucapkan “Asyhadu alla ilaha illalah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘Abduhu wa rasuluh”, kemudian meninggal di saat ia tetap iman, harapan besar ia mendapat kebaikan. Akan tetapi kaum Yahudi menganggap yang baik itu ialah apabila shalat mengarah ke barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir yang bersumber dari Qatadah.)

Orang yahudi menganggap bahwa kiblat( tempat menghadap) itu ke barat sedangkan orang Nashrani menganggap kiblat( tempat menghadap) itu ke Timur. Maka Allah memberikan bimbingan bahwa menghadap kiblat adalah kepada apa diperintahkan oleh Allah, Maka tatkala Allah perintah menghadap Baitul maqdis ( Palestina) itulah kebajikan tetapi tatkala Allah perintahkan kiblat ke Masjidil Haram dan itu pulalah kebajikan karena kesana Allah perintahkan. Itulah yang dimaksud bahwa kebajikan itu berdasarkan Iman yang kepada Allah, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada kepada kitab-kitab Allah dan Iman kepada Para Nabi-nabi.

b. Kepedulian social

Kita diperintahkan oleh Allah untuk menyisihkan harta yang kita cintai itu, untuk diberikan kepada kaum kirabat, dan kepada para yatim piatu, dan orang-orang yang miskin dan orang-orang yang membutuhkan lainnya.

c. Berbuat yang terpuji.

Ayat itu menjelaskan kepada kita supaya kita sabar, menepati janji, berlaku adil, berbuat baik dan sebagainya. Kebahagiaan itu adalah bila kita melaksanakan yang diridoi oleh yang maha pencipta.

0 komentar:

Posting Komentar